Enam Pesepak Bola Asal Asia Tenggara yang Mengikuti Jejak Sang Ayah
Kita semua tentu sudah melihat aksi Justin Kluivert, Kasper Schemeicel, Daley Blind, dan Jonathan Klinsmann. Mereka adalah generasi selanjutnya dari ayah mereka yang sama-sama merupakan pesepak bola. Bahkan masih banyak lagi nama-nama pemain yang ternyata mengikuti jejak karier ayahnya untuk berkecimpung di dunia si kulit bundar.
Bagaimana dengan wilayah Asia Tenggara? Nyatanya cukup banyak juga pesepak bola di daerah penghasil beras ini yang kemudian menurunkan kemampuan hebat mereka kepada anak-anaknya.
Berikut daftar para pesepak bola asal Asia Tenggara yang mengikuti jejak sang ayah:
Pairote Pongjan – Thitipan Puangchan
Pairote Pongjan dikenal sebagai salah satu pemain bertahan terbaik yang pernah dimiliki oleh Thailand. Namanya tersohor ketika membela tim War Elephants di Piala Asia tahun 1992. Sang putra, Thitipan Puangchan, kemudian memilih untuk mengikuti jejak ayahnya. Dan ternyata Puangchan memiliki karier yang lebih baik ketimbang sang ayah.
Sejak masih belia, Puangchan terkenal sebagai gelandang dengan kemampuan teknis yang sangat baik. Ia merupakan produk akademi Muangthong United yang saat ini berkarier bersama Chiangrai United. Puangchan termasuk dalam generasi emas sepak bola Thailand yang berhasil meraih medali SEA Games dua edisi beruntun pada tahun 2013 dan 2015. Sepertinya hanya tinggal menunggu waktu saja sampai Puangchan mendapatkan banyak kesempatan di timnas senior
Bejo Sugiantoro – Rachmat Irianto
Buah tak jatuh jauh dari pohonnya. Peribahasa tersebut memang paling sesuai untuk menggambarkan bagaiman kehebatan Bejo Sugiantoro di lini pertahanan kemudian turun kepada putranya, Rachmat Irianto, atau yang akrab disapa Rian. Sang putra kini sedang berada meniti karier bersama Persebaya Surabaya dan beberapa pihak menganggap bahwa Rian akan melebihi Bejo di masa mendatang.
Cerita uniknya, Rian awalnya berposisi sebagai penyerang ketika di awal-awal kariernya. Namun sang ayah kemudian menyarankannya untuk mengubah posisi ke bek tengah. Alasan Bejo kala itu adalah karena ia tak tega putranya dikasari oleh pemain belakang tim lawan. Akhirnya, sejak saat itu Rian yang kini merupakan kapten Timnas U-19 Indonesia tersebut, bermain sebagai bek tengah seperti sang ayah.
Yusuf Ekodono – Fandi Eko Utomo & Wahyu Subo Seto
Nama lain dari Surabaya, Yusuf Ekodono, terkenal sebagai penyerang andal ketika masih aktif bermain. Medali SEA Games 1991 menjadi hasil terbaik pria yang kini menjadi instruktur di akademi Madura United ini. Kemampuan hebat, terutama kecepatan, kemudian diturunkan Yusuf kepada kedua putranya. Fandi Eko Utomo dan Wahyu Subo Seto mengikuti jejak sang ayah, dan kini sudah bermain di level kompetisi tertinggi.
Wahyu Subo boleh jadi menjadi penjelmaan yang paling mirip dengan sang ayah. Ia adalah penyerang yang memiliki kecepatan dan determinasi yang baik. Sementara Fandi agak sedikit berbeda. Ia punya visi dan kreativitas. Sejatinya Fandi bermain sebagai gelandang serang di awal-awal kariernya. Namun saat ini, ia dikenal sebagai salah satu penyerang sayap yang cukup bagus di kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia.
Fandi Ahmad – Irfan Fandi & Ikhsan Fandi
Dalam berbagai level, Fandi Ahmad adalah legenda terbesar sepak bola Singapura. Bersama David Lee, ia tercatat sebagai pemain asal Negeri Singa tersebut yang bermain di luar negeri. Hal tersebut terjadi ketika Fandi membela NIAC Mitra di Indonesia pada tahun 1982. Setelahnya, Fandi kemudian bermain di Belanda bersama Groningen. Sebagai pelatih pun ia sudah pernah menangani tim-tim hebat di Asia Tenggara.
Anak-anak Fandi pun mengikuti jejak sang ayah. Sejauh ini, dua putra tertua, Irfan dan Ikhsan, sedang berada di jalur yang tepat untuk berkarier di dunia yang sama dengan sang ayah. Keduanya membuat tim-tim Eropa terkesan ketika mereka bermain di sebuah turnamen usia muda. Kini keduanya juga menjadi andalan timnas Singapura di ajang SEA Games 2017 ini.
Swandi Kitto – Adam Swandi
Selain dua putra Fandi Ahmad, ada satu nama lain yang menarik perhatian di timnas Singapura yang berlaga di SEA Games 2017 kali ini. Ia adalah Adam Swandi, gelandang serang yang memakai nomor punggung 10. Adam yang sempat sempat mengenyam pendidikan sepak bola di FC Metz ini merupakan salah satu pemuda yang dijagokan akan tampil hebat di masa mendatang. Kehebatan Adam ternyata turun dari sang ayah. Adam merupakan putra dari Swandi Kitto, mantan penyerang timnas Singapura era 1980-an.
Zainal Abidin Hassan – Zaiza Zainal Abidin
Di medio 1980 hingga 1990-an, Zainal Abidin Hassan termasuk penyerang yang ditakuti di wilayah Asia Tenggara. Duetnya dengan Dollah Saleh merupakan satu duet terbaik sepak bola Malaysia sepanjang sejarah. Kesuksesan terbaik Zainal Abidin tentu adalah membawa Malaysia meraih medali emas di SEA Games 1989.
Putra Zainal Abidin, Zaiza, sebenarnya terkenal sebagai pemain berbakat di usia muda. Ia memperkuat timnas Malaysia di berbagai level usia. Zaiza berposisi sama dengan Zainal di awal karier, yaitu sebagai pemain belakang. Sayangnya, Zaiza tidak mampu meneruskan kesuksesannya di usia muda ketika bermain di level profesional. Sempat membawa Pahang FA meraih Piala FA pada tahun 2014, Zaiza kini hanya bermain di Liga Primer Malaysia bersama PKNS.
Zainal Noordin – Amirul Hadi Zainal
Bagian ini merupakan kisah ketika sang anak berhasil menggapai segala sesuatu yang sebelumnya tidak bisa dicapai oleh sang ayah. Zainal Noordin memang dikenang sebagai salah satu penyerang bagus di sepak bola Malaysia. Akan tetapi, kasus pengaturan pertandingan yang terjadi pada tahun 1994 membuat kariernya terhenti secara prematur.
Amirul Hadi, putra Zainal Noordin, kemudian meraih semua hal yang tidak pernah dicapai oleh sang ayah. Ia sempat bermain untuk Selangor dan Pahang, Amirul Hadi kemudian bergabung ke tim kaya raya, Johor Darul Takzim (JDT). Bersama JDT, Amirul Hadi meraih segalanya, termasuk gelar juara AFC Cup pada tahun 2015.
Tapi memang buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Karier Amirul Hadi sempat terkena kasus ketika ia bersama Safiq Rahim, Aidil Zafuan, dan Kunanlan, memutuskan untuk mogok berseragam timnas Malaysia pada tahun 2016.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia
Tiada ulasan:
Catat Ulasan